Suku Tidung Merupakan suku yang tanah asalnya berada di
bagian utara kalimantan timur. Suku ini
juga merupakan anak negeri di Sabah, jadi merupakan
suku bangsa yang terdapat di indonesia maupun malaysia (negeri Sabah). Suku
Tidung semula memiliki kerajaan yang disebut Kerajaan Tidung.
Tetapi akhirnya punah karena adanya politik adu domba oleh pihak Belanda.
Bahasa Tidung
Bahasa Tidung dialek Tarakan merupakan bahasa Tidung yang
pertengahan karena dipahami oleh semua warga suku Tidung. Beberapa kata bahasa
Tidung masih memiliki kesamaan dengan bahasa Kalimantan lainnya.
Kemungkinan suku Tidung masih berkerabat dengan
suku Dayak rumpun Murut (suku-suku Dayak yang ada di
Sabah). Karena suku Tidung beragama Islam dan mengembangkan kerajaan Islam
sehingga tidak dianggap sebagai suku Dayak, tetapi dikategorikan suku yang
berbudaya Melayu (hukum adat Melayu) seperti suku
Banjar, suku Kutai, dan suku Pasir.
Adat Istiadat

Suku Dayak Tidung diyakini sebagai salah satu dari 406
Suku Dayak yang tersebar di Pulau Kalimantan. Penggunaan kata "Dayak"
pada suku tersebut berangsur hilang sehingga kini lebih akrab dengan nama Suku
Tidung. Kalimantan Utara merupakan tanah asal dari suku ini, meliputi Kota
Tarakan, Kab.Malinau, Kab. Bulungan, Kab. Nunukan, Kab. Tana Tidung, Kab. Berau
dan Kab.Kutai Kartanegara. Keberadaan Suku Tidung pun menyebar hingga ke
beberapa daerah di Malaysia seperti Kota Tawau, Kota Sandakan dan Kota Lahad
Datu.
Mulanya Suku Tidung berdiri sebagai Kerajaan Tidung pada
1076, namun akhirnya punah karena adanya politik adu domba oleh pihak Belanda.
Mayoritas Suku Tidung beragama Islam sehingga lebih dikategorikan sebagai suku
yang berhukum adat Melayu, seperti Suku Banjar, Suku Kutai dan Suku Pasir.
Salah satu pusaka budaya yang dimiliki Tidung adalah
rumah adat yang disebut Rumah Baloy. Bentuk Rumah Baloy lebih modern karena
hasil pengembangan arsitektur Rumah Panjang (Rumah Betang). Rumah dibangun
menghadap ke utara, namun pintu utamanya melawan arah menghadap keselatan.
Seluruh badan rumah dibuat menggunakan kayu ulin, kayu dari Kalimantan yang
sangat kuat dan tahan terhadap suhu, kelembaban serta air laut.
Ruangan pada Rumah Baloy sering disebut ambir. Terdapat empat ambir pada satu rumah yang digunakan
untuk fungsi yang berbeda-beda, yaitu: alat
kait atau ambir kiri untuk menerima pengaduan
masalah adat atau perkara lain, lamin
bantong atauambir
tengah untuk
memutuskan perkara hasil sidang, ulat
kemagot atau ambir kanan sebagai tempat beristirahat
setelah berdamai, dan lambir
dalom sebagai
singgasana Kepala Adat tidung.
Bagian belakang Rumah Baloy tidak dibiarkan kosong,
dibuatlah kolam besar dan sebuah bangunan di tengah-tengahnya yang disebut lubung kilong. Bangunan
digunakan untuk menampilkan kesenian Suku Tidung, seperti tari japen. Tidak
jauh dari lubung kilong didirikan lagi satu bangunan
besar yang digunakan untuk acara pelantikan, bangunan ini disebut lubung intamu.
Anda bisa mengunjungi Rumah Baloy di daerah Juwata, Kota
Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara. Rumah ini dibangun pada 4 April 2004 dan
diresmikan oleh Yurnalis Ngayoh, Gubernur Kalimantan Timur, karena ketika itu
Provinsi Kalimantan Utara masih menjadi bagian dari Kalimantan Timur. Baloy
Mayo Djamaloel Qiram sebutannya, dibangun di atas lahan seluas 2,5 ha dari dana
pribadi Kepala Adat Besar Dayak Tidung, Mochtar Basry Idris.
Pengunjung tidak akan ketinggalan informasi karena
disediakan pemandu yang akan member penjelasan mengenai Rumah Baloy dan Suku
Tidung. Selain bangunan utama dan bangunan di tengah kolam, Anda juga dapat
melihat 11 bangunan lain di sekitar rumah adat. Hampirilah perahu tradisional
Suku Tidung yang ditambatkan di kolam untuk mengabadikan gambarnya, dan jangan
lewatkan membeli souvenir khas Tidung yang disediakan di Rumah Baloy ini.
Tari Jepin, Kesenian Suku
Tidung
Menurut budayawan Tidung,
Datuk Noerbeck, Tari Jepin berasal dari pengaruh budaya Arab Zapin yang masuk
ke Indonesia. Budaya tersebut kemudian beradaptasi dengan budaya lokal suku
Tidung.
Tari Jepin ternyata tidak hanya menjadi milik Indonesia khususnya Kalimantan Timur. Dan lagi-lagi yang mengklaim aset budaya Indonesia tersebut adalah Malaysia. Namun, budayawan Tidung menilai wajar jika Negeri Jiran turut mengklaim tari Jepin sebagai budaya asli mereka.
Di Malaysia, suku Tidung juga tersebar di sejumlah wilayah seperti Sabah dan Tawau. Karenanya, jika Malaysia mengklaim Tari Jepin dinilai wajar. Selain itu, Tari Jepin diperkirakan tersebar dibeberapa negara di Asia Tenggara seperti Indonesia, Brunai Darusalam, Philipina.
Musik dan gerak dasar Tari Jepin hampir memiliki kesamaan namun cerita dalam tari tersebut berbeda. Seperti yang telah Datuk Noerbeckk ciptakan yaitu Tari Jepin Untun Belanay dan Suara Siam. Rencananya, kedua judul tari tersebut akan di patenkan bersama beberapa kesenian Tidung lainnya seperti Hadrah Tidung dan sejumlah ritual yang menggunakan alat musik khususnya Lintangan, Dul Muluk atau pertunjukan drama.
Tari Jepin ternyata tidak hanya menjadi milik Indonesia khususnya Kalimantan Timur. Dan lagi-lagi yang mengklaim aset budaya Indonesia tersebut adalah Malaysia. Namun, budayawan Tidung menilai wajar jika Negeri Jiran turut mengklaim tari Jepin sebagai budaya asli mereka.
Di Malaysia, suku Tidung juga tersebar di sejumlah wilayah seperti Sabah dan Tawau. Karenanya, jika Malaysia mengklaim Tari Jepin dinilai wajar. Selain itu, Tari Jepin diperkirakan tersebar dibeberapa negara di Asia Tenggara seperti Indonesia, Brunai Darusalam, Philipina.
Musik dan gerak dasar Tari Jepin hampir memiliki kesamaan namun cerita dalam tari tersebut berbeda. Seperti yang telah Datuk Noerbeckk ciptakan yaitu Tari Jepin Untun Belanay dan Suara Siam. Rencananya, kedua judul tari tersebut akan di patenkan bersama beberapa kesenian Tidung lainnya seperti Hadrah Tidung dan sejumlah ritual yang menggunakan alat musik khususnya Lintangan, Dul Muluk atau pertunjukan drama.
http://putrasalimbatu.blogspot.com/2012/03/tari-jepin-kesenian-suku-tidung.html
https://selumit.files.wordpress.com/2011/10/rumah-adt-fb-copy.jpg
No comments:
Post a Comment